photo by : dunia-si-ana.blogspot.com |
Mendengar kata kuburan, Saya yakin yang terpintas di benak kita adalah padanan dari kata angker, sunyi, sepi, seram, setan, dan gentayangan. Ya dan memang tidak salah lagi, sekalipun namanya Kuburan Kereta, tapi Saya rasa tetap saja keangkeran itu tidak bisa dihilangkan dari citra sebuah kuburan.
Terbukti, pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2016 yang bertepatan dengan hari libur apaaa ya lupa, Saya dan seorang partner petualang Saya bermana Icad, merencanakan sebuah misi pembunuhan dengan target lokasi di kota Purwakarta, di Stasiun Purwakarta, di Kuburan. Kami putuskan mengambil lokasi eksekusi di kuburan tersebut karena tempat itu dirasa sepi, tersebunyi, dan lumayan jauh dari kerumunan orang. Baiklah Saya sebagai pencetus ide dan Icad selaku eksekutor, tepat pada pukul 13.00 kami memulai misi kami, "Membunuh Waktu di Kuburan Kereta Purwakarta".
Berbekal si Beat kesayangan kami (karena memang cuma itu yang bisa dipakai) yang selalu menemani kami bepergian, berangkatlah kami dari Bandung menuju Purwakarta (tentu bukan lewat tol) ditemani rintik hujan dengan intensitas yang bisa dikatakan tinggi. Niat kami sudah terlanjur bulat sebulat tahu bulat digoreng panas harganya 500an, sehingga hujan tak jadi rintangan.
Dua jam yang sangat singkat bagi yang naik mobil dan lewat tol Cipularang lalu keluar di KM 70-an. Gilaaaaaaaaaaaaaakk bikin pegel pantat banget, ngantuk pula, hujan pula, kadang2 panas pula, fix deh gerah bercampur aduk sama kantuk sama debu. Tapi seru, karena kami terlalu bersemangat. Ya, bersemangat buat makan sate maranggi paling enak di Purwakarta.
Menjajaki Purwakarta via Cimahi - Padalarang - Jl Raya Purwakarta - Jalur Cikampek-Padalarang - Darangdan - Sukatani - Kota Purwakarta, selain disuguhi mendung dan gerimis, kami juga disuguhi pemandangan hijau pesawahan dan birunya pegunungan di sepanjang jalan. Untung jalannya bagus, jadi kami bisa ngebut bersaing sama truk truk super besar yang banyak banget melintasi jalur ini.
Pemandangan memasuki daerah Padalarang |
Pemandangan Pegunungan di daerah Padalarang |
Pemandangan Pegunungan (sepertinya Gunung Parang) di daerah Purwakarta |
Welcome Purwakarta |
Singkat cerita, sekitar pukul 15.00 kami sudah tiba di Stasiun Purwakarta, tak susah mencari tempat yang kami tuju, kemudian kami masuk kedalam stasiun. Menurut info yang kami cari, kuburan kereta nya terletak tepat di dalam stasiun tersebut, eh tapi kan yang boleh masuk hanya yang punya tiket, pikiran dangkal Saya menuju ke arah loket yang harus saya hampiri untuk membeli tiket, tiket dengan tujuan kemana saja asal Saya dan Icad bisa melewati pagar pembatas yang dijaga petugas kereta api.
Pagar Pembatas Stasiun Purwakarta |
Sedangkal-dangkal nya otak Saya untungnya tidak sedangkal mulut Saya yang hobinya nyerocos, hampir 15 menit kami bolak balik membaca papan pengumuman jadwal kereta serta mencari celah pagar yang bisa kami masuki tanpa jagaan petugas (karena tidak boleh sembarang orang bisa masuk), otak Saya jatuh dan tidak bisa berfikir, lalu giliran mulut Saya yang gerak. Saya menghampiri akang-akang penjaga parkiran yang sedang duduk ngaso di bawah tugu patung Gatotkaca di depan Stasiun.
Saya : "Kang, punten bade tumaros, ari ka kuburan kereta ka palih mana?"
Akang : "Hah, kuburan kereta neng..?
Saya : "Muhun Kang, eta geuning kereta-kereta anu tos teu dianggo anu sok diangge popotoan."
Akang : "Ooohhh eta, teras we ka ditu tuh kanu seueur nu dagang, belok kanan, lurus, teras ka kiri, teras nyebrang rel."
Saya : "Oh hatur nuhun kg."
Akang : "Mangga neng."
Saya : "Kangkung Kang."
Akang : "Bonteng neng."
Kemudian roaming yang baca, kemudian Saya malas nerjemahin.
BODOH. Kenapa ga nanya dari tadi aja, pake acara sok sok mikir sampe mau beli tiket tapi ga jadi karena mahal sampe mau ngendap-ngendap nerobos segala.
Pelajaran dari kisah ini : Malu bertanya, bodoh ga ketulungan.
Pelajaran dari kisah ini : Malu bertanya, bodoh ga ketulungan.
Icad dan Patung Gatotkaca |
Saya dan Icad di depan Stasiun Purwakarta |
Akhirnya kami ngikutin instruksi si Akang parkir tadi, dan YEAAAAYYYY kami sampai, kami menyebrangi rel dari arah utara stasiun yang memang tidak dipagari. Kami masuk lewat gapura bertuliskan Nagri Tengah Purwakarta, kemudian kami berjalan membelok ke arah kanan menerobos jalanan sunyi, lalu ke kiri menyusuri dinding gedung tua nan lapuk sampai mentok, lalu sebentar lagi kamu akan tiba di sebuah lahan sunyi dan berumput dengan puluhan bahkan ratusan gerbong kereta api usang yang bertumpuk rapi memenuhi lahan tersebut.
Selamat datang di Kuburan Kereta, tempat besemayamnya bangkai-bangkai gerbong keretadan bangkai penumpangnya yang sudah usang termakan usia maupun rusak karena kecelakaan.
Selamat datang di Kuburan Kereta, tempat besemayamnya bangkai-bangkai gerbong kereta
Tanpa basa basi, kami berdua pun lantas mengeksekusi waktu, membunuhnya di Kuburan ini.
Hmmmmm Sadis.
Penampakan Stasiun Purwakarta |
Gapura bertuliskan "Nagri Tengah Purwakarta" |
Gedung tua gudang lokomotif |
View kuburan kereta dari depan Gedung Tua |
View kuburan kereta dari depan Gedung Tua |
View awal saat memasuki kuburan kereta |
View kuburan kereta |
View Saya bersama kuburan kereta |
View Saya bersama kuburan kereta |
View Saya bersama kuburan kereta |
View Icad bersama kuburan kereta |
View Icad bersama kuburan kereta |
View Icad dan Saya bersama kuburan kereta |
View Saya bersama Gedung Tua |
Sore hari sekitar pukul 16.15, usai melakukan pembunuhan waktu di Kuburan Kereta Stasiun Purwakarta, kami pun lekas menghampiri wilayah perbatasan Purwakarta - Cikampek, yakni Cibungur. Tujuannya adalah untuk melancarkan misi kedua yang lebih sadis dari misi pertama, misi kedua ini kita namai "Memutilasi Mahluk Hidup bernama Kambing dan Sapi, menusuknya, membakarnya, menaburinya dengan cabe dan tomat, kemudian melahapnya."
Hmmmmm Sadis.
Proses eksekusi |
Kondisi terakhir Korban setelah pembantaian |
Sang eksekutor |
Photos by : Icad & Ana