Sunday, February 8, 2009

Sang Pemimpi yang Mencoba Meneteskan Kisahnya dalam Kumpulan Diksi

Kepada Sang Tuan Tikus Bertopeng


Sekarang ia tak kenal tempat
Putih kelabu..?
Atau bahkan hitam pekat..?
Kali ini bulunya rapi
Dengan muka setengah menengadah
Ditopang lengan yang kaku
Seperti penuh wibawa
Tak tampak tikus got budug, lusuh nan jalang
yang siap melahap hasil curian terang-terangan

Betapa sibuknya ia menjilat jabatan dan curian haram
Dari para pelancong jalanan
Bersih atau kumal, tak jadi masalah
Air atau api, tak pikir resiko
Mereka menjerit, merintih, mengerang, menahan perih,
mencoba mengusap pedih.
Sedang ia terbahak panik
Tanpa secuil iba pun…
Tragis…

Wahai sang penodong bertopeng
Tak kah Anda lihat para pelancong jalanan kini kian tenar…?
Tiap detik berwisata mengorek isi perut
Menghamburkan keringat nyawa
Meluruhkan daki derita

Dan Anda, sang tuan tikus bertopeng..
Sedang apakah Anda ?
Berhentilah tertawa.


Juni_24_08_hume




Setengah Ending Ceritaku


Aku mungkin tahu
Sedetik lagi masaku habis
Secuil asaku musnah
Jeritan hati kian meraung
Menyingkirkan rotasi diri
Menyepelekan riuh raga
Namun, tak sebising realita

Aku pun begitu tahu
Dua diantara separuh instingku kian rapuh
Hampir dekati kealfaan yang kian meradang
Akan rajai angan

Aku bahkan sangat dan teramat tahu
Syitt…..
Setan itu muncul lagi..!!
Egoku makin menggelegar
Betapa sangat keras
Hinggap, merayap, merapat, lalu mengendap
Terasa ngilu tepat di gendang telingaku

Aku kini tak bisa lagi berjalan berirama
Bersiul dengan suara parauku
Menggema melengkingkan sejengkal himne tanpa jejak
Bertumpu pada bingkai arifku


Kenapa terlampau sulit redakan amarah ?
Kenapa begitu berat singkirkan ego ?
Dan, kenapa pula gengsi tuk akui cinta…?

20.00_desemb_07_asrama





Wait me my hope..!


Dadaku mulai bidang kembali
Senyum itu mulai tegak berseri
Mataku kini berbinar
Tajam menatap kilau
Bak terus melambai tuk sepersekian abad lagi

Pilihan itu harus sudah ku tembak
Ku cermati, telaah, dan sanggupi
Luapan hati kini tak lagi ku tepis
Gurauan sendu mungkin sedikit ku tipiskan
Meski memang tak ringan

Hei,,,
Betapa semangatnya aku
Dekatkan diri pada irama cita
Bernyanyi padarinai gelak tawa
Mencoba berkedip tuk hinggapi angan
yang kian terasa nyata
Dan bukan lagi maya…


22.10_10_9_08_huMe





Penyimpangan Semu Teori Evolusi Ku

Daku bak dayung lusuh tanpa perahu
Daku bak logam usang kena korosi
Daku bak untaian cahaya tak terdispersi
Daku bak calon predator namun tak jua bermetamorfosis menjadi larva, pupa, imago, hingga penelanjang holometabola…
Daku bak mahluk awam tak becus kendalikan brainku


Lukaku santapan para E. coli
yang tak henti berdemo menyampaikan aspirasinya
Bingungku adalah teka-teki
yang kini tak bisa lagi ku adukan pada sang serebellumku…
Ideku adalah berjuta sel yang seperti tak berkontraksi
Teori evolusiku pun kau pandang bangkai
Nyaris kau injak mati tanpa kau hargai


Lalu,
Kenapa sang bilik, serambi, pembuluh, dan organ lainnya masih saja gotong-royong mengedarkan darah ?
Tidak kah mereka lelah?
Pun tidak jenuh kah ?
Dan tanpa sedikit komplikasi ?

o…
Mereka kini kalahkanku
Sang revolusioner ternyata telah mati terbuang
Aku teramat jauh tertinggal di belakang mereka..
Aku masih saja terhenti dalam tanda tanya tanpa titik
Tak punya nyali jitu kalahkan rayu
Layaknya pecundang di tepi randu.




20_noV_08_4pm
Asrama

No comments:

Post a Comment

Silahkan komen di bawah ya :)