Tuesday, August 9, 2016

HO CHI MINH CITY, INI VIETNAM APA PERANCIS SIH?


Kali ini Saya akan melanjutkan cerita perjalanan Saya yang melibatkan 8 kota di  5 negara Asean bersama 3 orang partner gila bernama Mike, Rizwan, dan Ichad.  Saya ulangi lagi kalo rute kota yang kita singgahi adalah Bandung – Purwakarta - Tangerang – Kuala Lumpur – Ho Chi Minh – Mui Ne – Bangkok – Pattaya – Bangkok – Singapore - Tangerang – Bandung

Setelah pekan lalu saya bercerita tentang pengalaman unik kami ketika transit di Kuala Lumpur di cerita "Dari Bandung Sampe Kuala Lumpur, Dari Sini Semua Kebodohan Dimulai", sekarang saatnya Saya menceritakan perjalanan utama di kota ke-4 yang kami singgahi. TOUCHDOWN HO CHI MINH CITY AND WELCOME THE FRENCH OF ASIA.

Foto yang Saya ambil ketika Landing di Tan Son Nhat Airport
4. Ho Chi Minh City, Ini Vietnama Apa Perancis Sih..?

Pukul 12.55 masih di tanggal 20 April 2016, pesawat kami landing di Bandara Internasional Ho Chi Minh City, Tan Son Nhat Airport. Yeayyyy touchdown Saigon, eh Saigon apa Vietnam ya? Duhhh biar gak salah mending simak dulu sebait prolog sejarah berikut ini.

Hostel dimana kami menginap

Jadi menurut cerita yang beredar di buku-buku sejarah anak sekolah maupun mbah WIKI, kota Ho Chi Minh yang kini merupakan kota termetropolitan di Vietnam (dahulu terbagi dua, Vietnam Selatan dengan Saigon sebagai ibu kota, sedangkan di bagian utara Vietnam tersebutlah kota Hanoi sebagai urat nadi nya) dulunya bernama Saigon.  Dulu nya kapan? Ya dari dulu aja sampe sekitar abad ke-19an. Setelah ditaklukan kolonialisme Perancis pada 1859, peradaban kota Ho Chi Minh selama pendudukan mereka atas Vietnam  banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya bangunan klasik dan tata ruang kota khas eropa. Itulah kenapa kota ini dijuluki Paris di Timur.

Sampai akhirnya kekuasaan Vietnam Selatan diambil alih oleh Tentara Rakyat Vietnam pada 30 April 1975 sebagai akibat dari perang Vietnam. Selanjutnya pada 1 Mei 1975, nama Saigon diganti oleh pemerintah komunis yang berkuasa saat itu menjadi Ho Chi Minh City  yang berasal dari nama samaran pemimpin mereka. Di Perancis, dikenal dengan Ho Chi Minh Ville Atau Kota Ho Chi Minh.

Independence Palace, salah satu tempat bersejarah di Ho Chi Minh

Nah begitu kira-kira sejarah singkat nama Ho Chi Minh beserta asal-usulnya. Oke, sekian cerita kali ini, minggu depan Ibu Guru akan menjadwalkan QUIS ya, jangan lupa belajar yang rajin dan minum serebrovit grow. :D 

KAMFREETTTT, mana cerita perjalanannya WOOOYYY, MANAAAAA....!!!!!!

Astagfirullahaladzim kumprat kampret kumprat kampret, gak boleh tau ngomong gitu. Tuhan itu bersama orang yang sabar. kemudian gelar pengajian, dilanjut bagi-bagi nasi berkat.


Dan bersambung...
Nanti abis lonceng tanda jam kerja berakhir dilanjut lagi ya ceritanya MUIHIHIHIHIHIIIII..









written by : ananuranita
photos by : mikeelfia





Thursday, August 4, 2016

Dari Bandung Sampe Kuala Lumpur, Dari Sini Semua Kebodohan Dimulai

Sebelum baca cerita ini, biar sambung menyambung menjadi satu, ada baiknya baca dulu awal mulai kenapa cerita ini terjadi disini nih, KLIK : 8 Kota, 5 Negara, 2 Milyar Raib


Jadi, traveling seputaran ASEAN Saya kali ini masih bersama partner-partner sejati Saya seperti negara-negara sebelumnya. Namun kali ini cukup ber-4 saja, Saya, Mike, Rizwan, dan Ichad, sisanya banyak yang pada berhalangan, ada berhalangan waktu cuti, berhalangan duitnya, berhalangan gegara ada acara urgent, berhalangan karena lagi halangan, sampe berhalangan karena dihalang-halangin (yakale mau perang dihalang-halangin). Tapi tetep sih, ber-4 juga kayaknya berasa se-RT, karena perjalanan Saya dibarengi oleh duo sejoli GILA asal Sumatera Jawa yang rusuh minta ampun.

Baik, kita mulai dari rute. Rute nya adalah Bandung dan Purwakarta - Tangerang – Kuala Lumpur – Ho Chi Minh – Mui Ne – Bangkok – Pattaya – Bangkok – Singapore - Tangerang - Bandung, perjalanan yang melibatkan 8 kota di  5 negara di sepanjang destinasi nya. Mari kita kupas satu persatu.

1 Butir A.  Bandung, The Start Point City
Et dahhhh udah kayak bunyi UUD 45 aja ada butir-butirnya.

Rabu, 20 April 2016. Kami memulai perjalanan tepat jam 01.00 dini hari menggunakan bis Primajasa dengan harga tiket 140.000 IDR /orang. Oh ya, kami disini adalah Saya dan Icad saja, sedangkan dua lagi berangkat dari Purwakarta. Udah sih di Bandung nya Cuma gitu aja, kan biar banyak aja gitu list kota yang kami singgahinya, wkwkwk.

1 Butir B. Puwakarta Istimewa, punya nya Kang Dedi Mulyadi
Beuh naha jig-jig mamawa Purwakarta jeung bupatina? Teunanaon atuh, supaya ikut jadi topik yang banyak dicari orang di mesin pencarian dengan hasil sekitar 20.700 pencarian tiap 0,48 detiknya. Nih ane kasih buktinya gan.

Ngomong noh sama dengkul gueeee...!!!

Tenang-tenang gan. Maksudnya adalah selain Bandung sebagai tempat starting point kami, nah satu orang dari kami ternyata merupakan putra daerah Purwakarta yang diutus Wa Enung sama Mang Atam untuk ikut berjelajah ke luar negeri.  
"Siapa lagi itu Wa Enung sama Mang Atam WOOOOOOYYYY...?"
"Ah sudahlah".
Pokoknya kesimpulannya adalah, Saya dan Ichad meluncur langsung  dari Bandung ke Tangerang, sedangkan si Kemmy yang kena sial karena harus nyamper dulu si Rizwan dari Bandung ke Purwakarta untuk kemudian ketemu Saya dan Ichad di Tangerang.

2.  Tangerang, It’s Time to Fly
Tiba di Soekarno Hatta Airport – Tangerang pukul 04.30 waktu setempat. kami melanjutkan dengan check in penerbangan kami tujuan Tan Son Nhat Airport via Kuala Lumpur. Pukul 06.25 merupakan jadwal take off pesawat tercinta yang Saya tumpangi dengan hanya 639.500 IDR. Mayan Murah kaaaaan? Iyalah, maskapai ter-low cost apalagi kalo bukan AIRASIA.

Penampakan Rizwan saking antusias banget mau naek pesawat

     3.  Kuala Lumpur, Oh Nooooo The Stupidman Leaves His Bag
09.25 waktu setempat, dan inilah saatnya kami transit. Ada waktu sekitar 2,5 jam buat ngubek-ngubek kota ini sebelum nanti kami terbang lagi pukul 12.00.  Awalnya mikir gitu, lumayan lama kan 2,5 jam dan bakal berasa banget boringnya kalo kami cuma diem-diem aja. Akhirnya salah satu dari kami punya ide briliant untuk mencegah keboringan kami,
 “Yuk kita keluar aja dulu, cari makan di luar biar lebih murah, trus jalan2 aja dulu sekitaran luar bandara, yang jelas jangan di bandara nya aja." 
“Oke Deal”
sampe KL cuy, foto dulu dong


Eh ternyata ada satu hal kecil tapi penting yang luput dari perencanaan matang-matang perjalanan kami. DUIT MALAYSIA ALIAS RINGGIT ALIAS RM ALIAS RUMAH MAKAN EH MAKSUDNYA RINGGIT MALAYSIA ATAU POPULER DENGAN SEBUTAN MALAYSIA RINGGIT  MYR.
“Cuy, gue lupa gak bawa ringgit.”
“Iye sama gue juga, nih adanya sisa-sisa taun taun lalu”
“Apaan tinggal receh-receh gitu, mana cukup buat makan kita, di gue ada 10 ringgit nih.”
“Yaudah, Gue narik aja dulu dari CIMB gue”, ujar Saya. 
Lalu kami bergegas menuju mesin ATM CIMB yang berkeliaran disana. Tapi pas Saya mau menuju mesin ATM, si Kampret Rizwan tiba-tiba bilang kalo dia ternyata punya Ringgit banyak yang cukup buat makan kami berempat. Ah tapi, melihat dari track record dia yang hobinya nge-eek-banteng alias nge-BULL-SHIT ini bau-banya pasti dia becanda doang. Kami minta kasih liat duitnya, eh malah gak diliatin, malah sambil cengengesan bilang ih pokonya ada aja. Kan ini pasti kebohongan semataaaaa.

Bye, kami bertiga memutuskan untuk gak percaya sama dia, finally Saya terus aja jalan menuju mesin ATM, membuka dompet kemudian mengambil kartu ATM. Ehhhhh pas Saya udah tinggal nempelin si kartu ATM ke mesinnya, bener dong tiba-tiba dia keluarin selembar uang pecahan 50 RINGGIT sambil ketawa ketiwi kayak orang sableng. Emang sialan nih si Kamfret, kalo bukan karena emaknya yang baik banget, udah kita karungin terus dilempar ke Laut Merah juga ini anak.

Terimakasih Rizwan, sudah menyelamatkan nyawa kami di negeri orang. Berbekal 50 MYR atau sekitar 160 ribu-an, ditambah receh-receh yang terkumpul, berangkatlah kami berburu Pokemon Go nyari pintu keluar Airport. Kami berkeliling, mengikuti petunjuk, berputar-putar tapi anehnya gak nemu-nemu pintu keluar (Emang bego aja dasarnya ini mah). Sial, satu jam yang wasting time, yaudah lah akhirnya kami memutuskan untuk cari makan di foodcourt Airport yang sebenarnya tadi sudah kami puterin 7 puteran sekalian lempar jumrah sekalian cium ka’bah buat cari tau harga nya dan ternyata kami pandang mahils banget buat level traveler bokek kayak kami.

No option, dan dari sekian banyak menu yang tersedia, kami menjatuhkan hati kepada 1 paket combo fried chicken without rice yang kami tebus seharga tepat 62 MYR di resto bernama Popeye Lousiana Kitchen. Lho, kok gak pake nasi? Bukan karena gaya-gayaan, tapi karena gak ada menu nasi hiks. Dasar orang Endonesaaaa.


Rizwan dan Ichad saat menikmati makan siang di Popeye Lousiana Kitchen

Saya dan Mike saat menikmati makan siang di Popeye Lousiana Kitchen

Menu di resto yang kayaknya memberlakukan sistem pelayanan self service ini sebenernya woth it buat kami berempat, meskipun enak nya masih kalah sama KFC di Indonesia sih kalo menurut Saya. Hanya saja, ada hal yang rada menggu pikiran, yaitu waiter-nya. Berbadan gempal, tinggi, besar, hitam, berbulu lebat, dan berekor panjang bermata belo. Dari mulai kita order, bayar, makan, minum,ngobrol, makan lagi, minum lagi, bayar lagi, itu waiter sangar entah kenapa rasanya ngelirikin kamiiiii terus. Nah Lu, abis Lu disate sama Si Gorila Babon.

Tapi hal itu gak berlangsung lama, karena kami harus segera pergi dan segera masuk antrean bording pass lagi untuk keberangkatan Ho Chi Minh City sekitar setengah jam lagi.  Kami berempat pun meninggalkan restoran dan bergegas menuju tangga eskalator menuju Gate berapa yaa lupa yang dituju sambil cekakak cekikik ngeliatin kelakuan si Rizwan, sampai pada suatu ketika pas kami sudah berbelok menuju eskalator, tiba2 terdengar teriakan si Gorila Babon yang sepertinya tertuju pada kami.
“WOY WOYYYY, liat belakang cobaaaa, itu si waiter kok kayaknya manggil-manggil kita deh,” seru Rizwan.
“Ahhh mana mungkin, lu salah liat kali”, timpal yang lain.
“ Eh tapi bener deh dia ngeliatin kita kok bener, duhhh kenapa ya?”, tanya yg lain.
“Ooohhh apa jangan-jangan karena kita barusan lupa bersihin bekas makanan kita kali ya?”, jawab Rizwan pasti. 
“Oh iya iya bener- bener, ayo cepet kabuuurrrrrr”, masih Rizwan yang bilang.
Akhirnya kami tergesa-gesa menuruni eskalator karena takut diuber si Gorila Babon lalu dilaporin ke satpam, kemudian diringkus aparat, dan berakhir di penjara internasional dengan titel penjahat kelas kakap yang makan gak beresin lagi bekas makanannya. OMAIGAT.

Nah, pas kita lagi tergesa-gesa menuruni eskalator yang panjangnya hampir setara dengan jari-jari bumi  ternyata ada hal ganjil yang baru kami sadari.
“Wan, koper Elu manaaaa?”
Satu kalimat tapi bagai sebuah isyarat akan datangnya hari kiamat. Sontak kami berempat menyadari satu hal,  oooohh jangan-jangan si Gorila Babon dari tadi manggil-manggil tuh gegara koper gembel si Kamfret satu ini ketinggalaaaaaan...!!!
WADAWWW dosa besar ini mah udah suudzan sama orang.  

Akhirnya buru-buru kami solat tobat dan memohon ampunan saat itu juga Si Rizwan balik lagi menuju resto tadi, menghampiri si Gorila Babon yang ternyata merupakan jelmaan dari Pangeran Damar Wulan berwujud Lutung Kasarung, Rizwan kemudian mengambil koper gembelnya, dan seketika menghilang karena takut diuber si Gorila Babon lalu dilaporin ke satpam, kemudian diringkus aparat, dan berakhir di penjara internasional dengan titel penjahat kelas kakap yang makan gak beresin lagi bekas makanannya mengucap terimakasih. 



Saya, Ichad, Mike yang tak peduli lagi Rizwan kemana
Kejadian naas saat kekamfretan itu terjadi, bisa diliat di video ini.




Nah guys, Berbekal pengalaman tersebut, hikmah yang bisa diambil adalah :
DON’T JUDGE A BOOK BY THE COVER yang artinya adalah JANGAN BELI BUKU KALO GAK ADA COVERNYA.
Pukul 12.00, gak kerasa udah saatnya terbang lagi aja nih kita. Bye Malaysia, bye Kuala Lumpur, bye Popeye Lousiana Kitchen, bye Pangeran Damar Wulan berwujud Lutung Kasarung.




bye Pangeran Damar Wulan berwujud Lutung Kasarung

Nb:
O ya satu lagi, jadi ternyata setelah saya cari tau, usut punya usut, ternyata si Popeye Lousiana Kitchen itu emang gak menerapkan sistem SELF SERVICE alias dari mulai ambil makan sampe beres sampe buangin bekas makan ke tempatnya sampe bersihin tempatnya itu dikerjakan sama masing-masing costumer. Yang kami lihat waktu itu ada bule habis makan terus langsung bersiin sama beresin lagi bekas makannya mah emang dasarnya aja si bule itu mantan Pembantu Rumah Tangga  di Arab udah biasa menerapkan kebiasaan di negaranya. SALUT YANG BERAKHIR LEGA.



Lega gak jadi buronan polisi internasional dengan titel penjahat kelas kakap yang makan gak beresin lagi bekas makanannya. OMAIGAT.


to be continue ya ceritanya, mamangnya mau lanjut ngerjain kewajiban lembur kantor yang sesungguhnya dulu.


writes by   : ananuranita (dunia-si-ana.blogspot.com)
photos by : mikeelfia