Tuesday, March 29, 2016

Membunuh Waktu di Kuburan Kereta Purwakarta

photo by : dunia-si-ana.blogspot.com


Mendengar kata kuburan, Saya yakin yang terpintas di benak kita adalah padanan dari kata angker, sunyi, sepi, seram, setan, dan gentayangan. Ya dan memang tidak salah lagi, sekalipun namanya Kuburan Kereta, tapi Saya rasa tetap saja keangkeran itu tidak bisa dihilangkan dari citra sebuah kuburan.

Terbukti, pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2016 yang bertepatan dengan hari libur apaaa ya lupa, Saya dan seorang partner petualang Saya bermana Icad, merencanakan sebuah misi pembunuhan dengan target lokasi di kota Purwakarta, di Stasiun Purwakarta, di Kuburan. Kami putuskan mengambil lokasi eksekusi di kuburan tersebut karena tempat itu dirasa sepi, tersebunyi, dan lumayan jauh dari kerumunan orang. Baiklah Saya sebagai pencetus ide dan Icad selaku eksekutor, tepat pada pukul 13.00 kami memulai misi kami, "Membunuh Waktu di Kuburan Kereta Purwakarta".

 Berbekal si Beat kesayangan kami (karena memang cuma itu yang bisa dipakai) yang selalu menemani kami bepergian, berangkatlah kami dari Bandung menuju Purwakarta (tentu bukan lewat tol) ditemani rintik hujan dengan intensitas yang bisa dikatakan tinggi. Niat kami sudah terlanjur bulat sebulat tahu bulat digoreng panas harganya 500an, sehingga hujan tak jadi rintangan. 

Dua jam yang sangat singkat bagi yang naik mobil dan lewat tol Cipularang lalu keluar di KM 70-an. Gilaaaaaaaaaaaaaakk bikin pegel pantat banget, ngantuk pula, hujan pula, kadang2 panas pula, fix deh gerah bercampur aduk sama kantuk sama debu.  Tapi seru, karena kami terlalu bersemangat. Ya, bersemangat buat makan sate maranggi paling enak di Purwakarta.

Menjajaki Purwakarta via Cimahi - Padalarang - Jl Raya Purwakarta - Jalur Cikampek-Padalarang - Darangdan - Sukatani - Kota Purwakarta, selain disuguhi mendung dan gerimis, kami juga disuguhi pemandangan hijau pesawahan dan birunya pegunungan di sepanjang jalan. Untung jalannya bagus, jadi kami bisa ngebut bersaing sama truk truk super besar yang banyak banget melintasi jalur ini.


Pemandangan memasuki daerah Padalarang


Pemandangan Pegunungan di daerah Padalarang

Pemandangan Pegunungan (sepertinya Gunung Parang) di daerah Purwakarta

Welcome Purwakarta

Singkat cerita, sekitar pukul 15.00 kami sudah tiba di Stasiun Purwakarta, tak susah mencari tempat yang kami tuju, kemudian kami masuk kedalam stasiun. Menurut info yang kami cari, kuburan kereta nya terletak tepat di dalam stasiun tersebut, eh tapi kan yang boleh masuk hanya yang punya tiket, pikiran dangkal Saya menuju ke arah loket yang harus saya hampiri untuk membeli tiket, tiket dengan tujuan kemana saja asal Saya dan Icad bisa melewati pagar pembatas yang dijaga petugas kereta api.


Pagar Pembatas Stasiun Purwakarta

Sedangkal-dangkal nya otak Saya untungnya tidak sedangkal mulut Saya yang hobinya nyerocos, hampir 15 menit kami bolak balik membaca papan pengumuman jadwal kereta serta mencari celah pagar yang bisa kami masuki tanpa jagaan petugas (karena tidak boleh sembarang orang bisa masuk), otak Saya jatuh dan tidak bisa berfikir, lalu giliran mulut Saya yang gerak. Saya menghampiri akang-akang penjaga parkiran yang sedang duduk ngaso di bawah tugu patung Gatotkaca di depan Stasiun.

Saya    : "Kang, punten bade tumaros, ari ka kuburan kereta ka palih mana?"
Akang : "Hah, kuburan kereta neng..?
Saya    : "Muhun Kang, eta geuning kereta-kereta anu tos teu dianggo anu sok diangge popotoan."
Akang : "Ooohhh eta, teras we ka ditu tuh kanu seueur nu dagang, belok kanan, lurus, teras ka kiri, teras nyebrang rel."
Saya    : "Oh hatur nuhun kg."
Akang : "Mangga neng."
Saya    : "Kangkung Kang."
Akang : "Bonteng neng."

Kemudian roaming yang baca, kemudian Saya malas nerjemahin.

BODOH. Kenapa ga nanya dari tadi aja, pake acara sok sok mikir sampe mau beli tiket tapi ga jadi karena mahal sampe mau ngendap-ngendap nerobos segala. 
Pelajaran dari kisah ini : Malu bertanya, bodoh ga ketulungan.


Icad dan Patung Gatotkaca

Saya dan Icad di depan Stasiun Purwakarta

Akhirnya kami ngikutin instruksi si Akang parkir tadi, dan YEAAAAYYYY kami sampai, kami menyebrangi rel dari arah utara stasiun yang memang tidak dipagari. Kami masuk lewat gapura bertuliskan Nagri Tengah Purwakarta, kemudian kami berjalan membelok ke arah kanan menerobos jalanan sunyi, lalu ke kiri menyusuri dinding gedung tua nan lapuk sampai mentok, lalu sebentar lagi kamu akan tiba di sebuah lahan sunyi dan berumput dengan puluhan bahkan ratusan gerbong kereta api usang yang bertumpuk rapi memenuhi lahan tersebut. 

Selamat datang di Kuburan Kereta, tempat besemayamnya bangkai-bangkai gerbong kereta dan bangkai penumpangnya yang sudah usang termakan usia maupun rusak karena kecelakaan.

Tanpa basa basi, kami berdua pun lantas mengeksekusi waktu, membunuhnya di Kuburan ini.
Hmmmmm Sadis.

Penampakan Stasiun Purwakarta

Gapura bertuliskan "Nagri Tengah Purwakarta"

Gedung tua gudang lokomotif

View kuburan kereta dari depan  Gedung Tua
View kuburan kereta dari depan  Gedung Tua

View  awal saat memasuki kuburan kereta 

View kuburan kereta 
View Saya bersama kuburan kereta

View Saya bersama kuburan kereta 

View Saya bersama kuburan kereta

View Icad bersama kuburan kereta 

View Icad bersama kuburan kereta 

View Icad dan Saya bersama kuburan kereta 

View Saya bersama Gedung Tua 
Sore hari sekitar pukul 16.15, usai melakukan pembunuhan waktu di Kuburan Kereta Stasiun Purwakarta, kami pun lekas menghampiri wilayah perbatasan Purwakarta - Cikampek, yakni Cibungur. Tujuannya adalah untuk melancarkan misi kedua yang lebih sadis dari misi pertama, misi kedua ini kita namai "Memutilasi Mahluk Hidup bernama Kambing dan Sapi, menusuknya, membakarnya, menaburinya dengan cabe dan tomat, kemudian melahapnya."
Hmmmmm Sadis.

Proses eksekusi  


Kondisi terakhir Korban setelah pembantaian

Sang eksekutor


Written by : Badriana Nuranita
Photos by  : Icad & Ana


Wednesday, March 2, 2016

Gong Xi Fat Cai 2016

Bangka, 8 Februari 2015
00:44

Malam ini rame sekali euy. Di tahun Monyet ini Saya ikut merayakan imlek di pulau yang penghuninya mayoritas koko cici mata sipit, pulau tetangganya si laskar pelangi, pulau yang martabaknya terkenal sekali karena enaknya.
Dentuman bunyi petasan dan kembang api dan sorak sorai seremoni festival barongsai (sepertinya) bersautan sama derasnya suara hujan dan dor-dar halilintar. Lalu kecatikan nyala lampion yg berderet menghiasi kota sejenak mengingatkan Saya akan kenangan imlek taun lalu di negara tetangga yg ikonnya patung Singa bersisik.
Malam itu, diantara deretannyala lampion dan meriahnya tontonan barongsai, Saya sedang kesal, lalu kami berpisah. Saya mengambil jalan Saya sendiri, dan dia bersama yang lain. Sialnya Saya tersesat dan tak menemukan jalan pulang. Saya berjalan jauh, tapi nyatanya masih berputar-putar di tempat itu-itu saja (semua tau kalau saya buta arah) sampai akhirnya kami kembali berpapasan. Tapi Saya malah berlari pergi dan menangis,
menangis sepanjang malam,..
sampai lelah..
sampai ngantuk..
sampai tidur..
sampai pagi.

Ah lucu sekali kalau diingat.

Oh ya, SELAMAT TAHUN BARU, bagi siapapun, kapanpun, dan apapun jenis tahun barunya, yang pasti doa nya sama-sama yang baik2 to? Semoga selalu dilimpahi kasih sayang dan diberkahi rejeki berkecukupan, jangan lupa bersyukur.














Written by : Ananuranita



Tuesday, March 1, 2016

Gunung Slamet Si Pamungkas Akhir 2015 (Part 1)



Dear AKS Team :
Guys, ini napak tilas tahun ke-3 kita di 26 Desember tahun ini, setelah sebelumnya AKS Part 1 (Ayok ke Semeru) di 26 Des 2013, lalu AKS Part 2 (Ayok ke Sumbing Sindoro) di 26 Des 2014, dan kali ini alhamdulillah masih nemu gunung yang berawalan S, sebab jika tidak, maka team ini otomatis bubar.  Gunung Slamet, meluncur kitaaaaaaa....

Gunung Cikuray di awal pos 0 sampai pos 4, Gunung Pangrango di pos 5 sampai pos 7, Gunung merbabu di pos 7-9, Gunung Ciremai dan semi Semeru di track menuju puncaknya. Sebuah akulturasi track yang sangat mempesona bukan. Singkatnya, gunung ini semacam adik kesayangannya Semeru. Sial, salah ekspektasi, mana udah lama ga naik gunung lagi. FIX oleng.

Tapi semua keterjalan track yang dilalui menjadi tidak begitu berarti (walupun angger cape) kalo bareng2 team solid yang kelebihan kadar sengkleknya walaupun terkadang penuh drama dan kelebay-an yang membuat muak.

Alhamdulillah genk misi kita ke Slamet slamat sampai tujuan ya. Selamat ulang tahun team, terimakasih sudah mengkayakan mata dan hatiku bersama alam dan kalian.



Nah for reader, jadi gini ceritanya:

Kamis, 24 Desember 2015
Pukul 17.00 kami ber-12 janjian di Terminal Cicaheum Bandung, menggunakan bis ekonomi via Bandung - Purwokerto, kebetulan akhir taun ini long week end natal dan apa ya lupa, jadi pokonya kami desek-desekan di Bis sambil manggul-manggul keril sampe gempor paha.

Pagi hari di Terminal Purwokerto sebelum menuju Pos Bambangan

Perkenalkan dulu anggota tim hore kami (dari  kanan ke kiri, dari depan ke belakang):
1. Febi, porter merangkap fotografer.
2. Mas Hendro, fotografer merangkap penasihat umum.
3. Yoga, ketua team merangkap porter merangkap seksi logistik merangkap bendahara merangkap tukang suruh merangkap penjaga wanita.
4. Mas Abul, porter merangkap penasihat rohani.
5. Saya (Sebut saja Nita, atau Ana, atau Turub Panci), ketua tim Operasi Golok atau Golok Opertion atau disingkat GO atau nama lainnya tukang boker di gunung.
6. Tami, hijaber kece paling hits se- instagram yang hobinya makan dan galau nangis-nangisin  mantannya, tapi kalo udah ngomongin gunung, beuh setrong deh dia.
7. Uchi, hijaber paling sadar, lembut, dan subhanalloh banget.
8. Teh Nina, ibu kita semua yang menu masakannya selalu menjadi energi buat kita kalo lagi di gunung meski terkadang bawel nya ga karuan.
9. Ichad, penyusup baru tim AKS, pernah dua kali gabung bareng ndaki trus jadinya nagih minta diajakin lagi.
10. Ucup, sulit dideskripsikan. Ada dia kondisi mental tim ancur total, gaada dia dunia kita mati kaya di kuburan.
11. Ojan, sang PORTER sejati tak tertandingi yang pelit ngomong (tau-tau boker di celana).
12. Mas Bison, dari namanya saja sudah ketebak kalo Mas-mas satu ini bisa dibilang Rajanya Ndaki.


Jumat, 25 Desember 2015

Sekitar pukul 10.00 kami sudah tiba di posko pendakian Bambangan, titik awal bagi semua pendaki untuk memulai tracking ke Gunung Slamet. Sementara yang lain sibuk repacking, Saya dan Teh nina pun ga kalah sibuk. Ya, sibuk nyari WC umum karena kita super kebelet boker. Satu jam kemudian, barulah kita berfoto disini dan mulai berjalan.#jadidaritadingesot??

Full Team di Pos Bambangan 

Perjalanan dari Pos 0  menuju Pos 1 ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam. Tracknya panjang memang, tapi masih nanjak-nanjak standar pegunungan lah, melewati perkebunan warga, pohon-pohon yang seperti pinus tapi entah apa namanya, ilalang dan rerumputan macam di Pos 1 pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu. Oh ya, di Pos 1 gunung ini ternyata ada mendoan juga, gunung kedua setelah Lawu yang Saya temui  mendoan dan pisang goreng hangat dan nutrisari.

track panjang menuju Pos I

Pos I Pondok Gembirung

Menuju ke Pos 2, tak ada lagi tanjangan standar, yang ada adalah nanjak teruuuuss tanpa ampun dengan view hutan dan track panjang. Tanpa bermaksud membanding-mandingkan tipe jalur pendakian gunung satu dan gunung lainnya, tapi nyatanya track ini emang mirip track Gunung Cikuray banget, dagu ketemu lutut, lutut ketemu kepala, kepala ketemu pundak lutut kaki lutut kaki. #kemudiannyanyibersama

Sepatu hijauku sedikit lelah dan butuh sandaran 

Sekitar pukul 14.30, dari Pos 2 kami lanjut menuju Pos 3. Yang namanya rejeki mah ga akan kemana emang, alhamdulillah nanjak terus tanpa sepersenpun bonus, track tanah dan akar-akar, lalu view disekitar jalur adalah hutan, sampai kami ber-12 akhirnya mulai terpisah-pisah. Ada kloter cepat yakni para porter yang hobinya bawa tenda, kloter nyicil yang hobinya  nyicil jalan, dan kloter enjoy yang sudah barang pasti hobinya foto-foto sambil menikmati pemandangan sekitar. Kloter manakah Saya? Bukan yang pertama pastinya.

Sekitar pukul 15.30, menuju Pos 4, kami berjalan berpencar, pokoknya ikutin yang paling depan, syukur-syukur nemu tempat nge-camp di Pos 5. Tracknya masih dengan view hutan belantara dengan tanjakan yang semakin terjal dan tanpa bonus.

Viev menuju Pos 4

foto dulu cuy

Menuju Pos 5, tak terasa petang mulai datang. Sekitar 1 jam perjalanan dari Pos sebelumnya, eh udah mau magrib aja ini. Sementara kami masih berpencar dan belum menemukan satu tempat pun untuk pasang tenda. Long week end akhir taun ini memang super sekali membuat gunung menjadi sesak dan penuh oleh para pendaki dan segala sampah yang mereka bawa, termasuk kami

kondisi Pos 5 yang sudah penuh dengan tenda
Namun sore itu, keberuntungan sedang berpihak pada Saya. Di Pos 5, akhirnya Saya dan Icad secara tak sengaja bertemu dengan beberapa para petangguh kami, Febi dan Ucup. Setelah menjajaki Pos 5 dan ternyata tidak menemukan spot nge-camp, akhirnya kami ber-4 memutuskan untuk bersama-sama lanjut ke Pos 6, sambil sesekali berteriak-teriak memanggil 2 petangguh yang sudah duluan meninggalkan anggota yang lain  untuk mencari spot nge-camp. Dan sisanya? yang jelas ada di belakang kami, dan enjoy, dan mereka pasti baik-baik saja, dan kami pasti bertemu.

Tiba di Pos 6, terang sudah pudar, berganti gelap pertanda malam datang. Ojaaaaaaannnnn....!!!! Mas Abuuuuuuulll....!!!! WHERE ARE YOU..??? DIMANA KALIAN...??? KAMARANA WAE SATEEEHHH...??? 
OMAIGAD Saya lelah, dia lelah, mereka lelah, dan kamu pasti lelah juga bacanya kan? 

Dari Pos 6 menuju Pos 7, waktu itu sudah masuk Isya, dan kami masih berjalan, dan mereka pasti masih berjalan, dan kami masih saling mencari. Antara lelah, lapar dan mau nyerah, bercampur aduk dengan keyakinan kalo diatas sana Ojan dan Mas Abul pasti sudah nyiapin tempat camp buat kami semua. 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata eh ternyata sekitar pukul 19.30 kami bertemu dengan seonggok mahkluk berjubahkan jas ujan dengan tenda menjulang gagah di sebelahnya. "Mas Abuuuuuuuul... alhamdulillah ketemu juga. Tuhkan bener, tendanya udah jadiiii, Yuk kita masuukkk tenda". // "Tenda..? Tenda yang mana Nit? tenda kita masih di keril, Ojan masih nanjak lagi nyari spot tenda buat kita"// Gubrakk #kemudianpingsan.

Oh ya, kabar gembira lagi bahwa kami  ketemu Yoga (Salah satu yang masuk pasukan santey sekaligus pelindung wanita) juga disini, pas Mas Abul, Icad, Ucup, Febi dan Saya lagi meratapi nasib sambil makan cokelat lupa lagi merknya . Yoga sekonyong-konyong dateng dari bawah nyusul sendiri. Akkkk bahagia nya, eh tapi, mana yang lain?? Teh Nina, Tami, Uchi, Mas Hendro, Mas Bison ...??? 
Ternyata mereka menemukan lapak pas-pas-an di Pos 5, lalu nge-camp disana. Yoga turun kembali bergabung ke Pos 5, lalu kami ber-6 memutuskan untuk menyusul Ojan mencari lapak.

Sial, pukul 20.00 kita masih nanjak di seputaran track menuju Pos 8 yang kalo Saya bilang sih ini mirip track Merbabu via Selo yang pas menuju Sabana 1 nya itu lho. Hemmm sudah tak mampu dideskripsikan lagi. Saking susahnya nemu lapak, kami sempat numpang beristirahat di tenda pendaki lain dong, beruntung Si Mas nya Super baik dan mau menampung kita. Sementara beberapa beristirahat di tenda, dan beberapa lagi masih cek spot lapak menuju Pos 9, dari halaman tenda orang lain, Saya menikmati dingin bersama malam dan Sang Purnama.

View malam dari Pos 8 Gunung Slamet


Butuh perjuangan yang keras untuk mencapai suatu tujuan. Sekitar Pukul 21.00 kami sudah bisa mendirikan tenda.  Maksudnya Ojan, Mas Abul, Febi, Ucup dan Icad yang mendirikan tenda, Saya tidak. Di perbatasan Pos 8 dan 9, tempatnya agak miring dipinggir pohon di bibir tebing, namun lumayan lapang. Disini dibangun lah sepasang tenda ditemani nyala Sang Rembulan.

Selamat tidur teman-teman semuanya. Akkkk Teh Nin, Tami, Uchiiiii...aku tanpa kalian menjadi sangat lapar, tak ada teman gali lubang, dan tak ada teman saling tempel koyo cabe.

Penampakan tenda perosotan kami di pinggir tebing 


to be continue...