Tuesday, March 25, 2014

Realita yang Bukan Hanya Sekedar Berita


1. Runtuhnya Jembatan Gantung di Cianjur
Masih ingat jembatan gantung Leuwidahu di Desa Cibarebeg-Cianjur yang runtuh oktober 2012 lalu?
Sejak jembatan gantung itu runtuh, warga khususnya siswa sekolah, harus turun melintasi arus sungai untuk menyeberang. Sebab, jembatan lain jaraknya cukup jauh. 




2. Runtuhnya Jembatan Gantung di Makasar

Rabu, 5 Desember 2012. Jembatan Penyeberangan yang terbentang di atas Sungai Malili di Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, Makasar putus. Sekitar 50 warga jatuh ke sungai.




Jembatan gantung ini terbuat dari kawat besi dan baru satu bulan digunakan warga. Panjangnya sekitar 200 meter menghubungkan Desa Wewangriu dan Desa Baruga. "Saat jembatan jatuh, ada sekitar 50 warga yang berdiri di atas jembatan menyaksikan final balap perahu. Korban yang masih dicari kebanyakan anak-anak.




3. Runtuhnya Jembatan Gantung di Garut

Pasca ambruknya jembatan gantung Cikaso di Garut, Jawa Barat, para pelajar kesulitan menyeberang sungai dan harus menantang bahaya demi bisa kembali ke sekolah. Sejumlah anak-anak sekolah berjalan melintasi Sungai Cikaso di Desa Depok, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 





4. Runtuhnya Jembatan Gantung di Cianjur

Ratusan warga masyarakat yang tinggal di Desa Majalaya, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur tidak dapat melintasi jembatan Lakom Loa dan Jembatan Penambangan akibat ambruk digerus air sungai Cikundul.




Gambar-gambar diatas merupakan sedikit dari sekian banyak fenomena jembatan runtuh yang terjadi di berbagai penjuru wilayah negeri kita tercinta ini. Sungguh miris jika melihat perjuangan anak-anak bangsa yang harus berani melawan bahaya menantang maut menyeberangi jembatan supaya tetap bisa bersekolah. 

Sementara kita, anak- anak bangsa yang diberi fasilitas dan aksesibilitas semudah mungkin, namun dengan mudahnya kita mengatakan "malas kuliah, malas belajar, malas ngerjain tugas, malas kuis, malas test, malas ketemu dosen, malas praktikum, malas nyatet materi, malas baca, dan beribu-ribu malas lainnya yang seolah-olah kontras mencerminkan lawan dari arti kata berani.

Jika katanya mengaku pemuda-pemudi harapan bangsa, apakah yang selayaknya kita lakukan? 

2 comments:

  1. Ini adalah kejadian sebab akibat birokrasi yang masyarakat lupakan. Para birokrat negara seakan menjadi hilang ingatan jika melihat hal yang seperti ini. Kita sebagai generasi emas sudah semestinya turun tangan agar supaya ilmu yang kita dapatkan segera diaplikasikan kepada masyarakat.

    Salut Bad ternyata dari tahun 2009 aktif menulis. lanjutkan bro !!!

    ReplyDelete
  2. paaathhhh, baru kebaca dong komen ini,,hehehee..iya banget, makasiii..ayo ungkapkan ide dan pengalaman kita mealaui tulisan. semoga bermanfaat.

    ReplyDelete

Silahkan komen di bawah ya :)